-->

Inovasi Sedotan Biodegradable Ramah Lingkungan


Akhir – akhir ini sampah plastik menjadi perbincangan ramai di khalayak umum. Konsumsi penggunaan plastik semakin menjadi perhatian khusus karena menimbulkan dampak negatif yang begitu masif. Sampah-sampah plastik sangat berdampak pada ekosistem lingkungan, berkali-kali ditemukan kasus sampah plastik terdapat pada perut hewan baik di darat maupun di laut yang berujung kematian.

Salah satu bagian dari sampah plastik ialah sedotan plastik. Meskipun terlihat kecil namun sampah sedotan plastik mendapat perhatian khusus dari sejumlah pegiat lingkungan. Perlu sobat ketahui persentase sampah sedotan pun sekitar 0,025% dari total 8 juta ton sampah plastik di lautan pertahun. Jumlah ini setara dengan 2000 ton sampah, dimana Indonesia menyumbang 93.244.847 batang sedotan perharinya atau sekitar 34 miliar batang pertahun. Tentunya bukan jumlah yang sedikit. Plastik sendiri membutuhkan waktu urai 500-1.000 tahun. 

via instagram/ @loliware

Kesadaran akan dampak bahaya plastik dimulai dari masing-masing pribadi misalnya tidak lagi menggunakan sedotan plastik saat minum. Meskipun sepele, gerakan tanpa sedotan plastik atau #nostrawmovement berdampak sangat positif bagi lingkungan. Oleh karena itu, banyak bermunculan para pelaku industri dalam menciptakan inovasi sedotan yang ramah lingkungan (bersifat biodegradable). Berikut beberapa alternatif sedotan yang lebih ramah lingkungan.

1. Sedotan dari Singkong (Avani Eco)


Ialah Kevin Kumala bersama dengan Avani Eco, pemuda asal Bali dengan eco-plastik buatannya kini banyak dipakai di seluruh dunia. Berangkat dari kondisi pantai-pantai di Bali yang penuh dengan sampah membuat Kevin mencoba berinovasi, bersama rekan-rekannya dia mulai mencari bahan yang lebih ramah lingkungan. Teknologi ini sebenarnya sudah muncul lebih dulu di Eropa, hanya saja dia mencari bahan yang berbeda dan lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat.

via instagram/ @avanieco
Bioplastik memakai komoditas nabati yang satu sifatnya banyak terdapat di Indonesia dan dua harganya terjangkau. Bioplastik ciptaannya justru mendapatkan apresiasi dari luar negeri, bahkan komoditas buatannya lebih banyak dipesan dijual ke negara asing. “80 Persen customer dari luar negeri, kebanyakan ekspor ke Australia”.

Untuk mengungkap plastiknya benar-benar aman, Kevin meminumnya sendiri produknya yang larut di dalam air atau hancur 90 hari di dalam tanah dan menjadi kompos bagi tanaman. Sesuatu yang tidak akan terjadi pada plastik degradable. Begitu juga aman dikonsumsi oleh hewan dan biota laut maka dari itu ia berani meminumnya.

via instagram/ @avanieco

Dikutip dari merdeka.com, di Indonesia sendiri sudah ada kebijakan untuk menggunakan plastik yang degradable atau hancur dengan sendirinya dalam dua tahun. Namun sayang, hal itu justru menyimpan bahaya yang tidak disadari, di mana sampah yang hancur hingga dua milimeter sekalipun bisa membunuh makhluk hidup, termasuk manusia. Mereka akan jadi pecahan sebesar 2 mm, 5 mm. Masuk ke tenggorokan, yang dimakan ikan, dan juga dimakan hewan ternak, seperti sapi dan ayam. Kalau lihat plastik utuh pasti tidak akan tertarik, sedangkan plastik pecah lebih ribet lagi, karena hewan tidak akan tahu itu plastik, alahasil seringkali ikan tiba-tiba terdampar di pesisir pantai karena makan kepingan plastik.

2. Sedotan Bambu (Bulung Bambu)


Berangkat dari kesadaran masyarakat justru menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Seperti yang dialami Yumna Batubara, pemilik dari Bulung Bambu (Ubud – Bali) yang memproduksi sedotan dari bambu.
via @bulungbambu

Usaha bisnis sedotan bambu tersebut berawal pada tahun 2014. Bahan baku bambu dipasok dari Surabaya. Dalam sebulan, Bulung Bambu mampu menjual sedotan bambu hingga 30 ribu pcs. Mayoritas ekspor ke Australia dan beberapa ke London. Sementara pangsa pasar dalam negeri justru masih cukup rendah.

Dari segi kualitas, sedotan bambu buatannya bisa dibilang awet. Dengan perawatan yang tepat, dia mengklaim sedotan plastik bisa bertahan hingga 2 tahun lamanya. Cara merawat sedotan ini agar awet yaitu setelah digunakan sebisa mungkin segera dicuci dengan air tanpa menggunakan sabun. Setelah itu sedotan langsung dikeringkan, bisa dengan tisu atau lap kain.

via @bulungbambu

"Klien saya sendiri sudah bilang 'kamu punya (produk sedotan) itu sampai dua tahun bisa dipakai dan nggak jamuran'," ujar Yumna Batubara.

Sedotan dijual dengan harga satuannya adalah Rp 2.000 dengan minimal pembelian 100 pcs. Bagi sobat semua yang berminat untuk membeli sedotan bambu ini, pemesanan bisa lewat Instagram @bulungbambu. 

3.  Sedotan dari Batang Rumput Liar (Ong Hut Co.)

Seorang pria bernama Tran Minh Tien berhasil menciptakan sedotan biodegradable yang terbuat dari rumput liar. Ia mengolah rumput yang hanya tumbuh di ladang Delta Mekong, Vietnam yang disebut dengan Lepironia articulata.

via Ong Hut Co.

Rumput tersebut tumbuh liar di lahan basah dengan ciri khas batang panjang dan berlubang. Sebelum disulap menjadi sedotan ramah lingkungan, rumput liar tersebut dicuci terlebih dahulu. Kemudian dipotong menjadi tabung dengan panjang 20cm. Sedotan ini tidak mengandung bahan kimia ataupun pengawet serta memiliki aroma alami yang menenangkan. Karena berasal dari tumbuhan liar, rongga Lepironia articulata harus dibersihkan dengan batang metal. Kemudian sedotan modern tersebut kembali dicuci untuk memastikan kebersihannya. 
via Ong Hut Co.

Inovator muda ini mengembangkan kreativitasnya menjadi bisnis yang diberi nama Ong Hut Co. Ia menyediakan dua jenis sedotan yaitu dalam versi segar dan juga yang kering. Potongan sedotan yang segar yang sedang tidak digunakan dapat disimpan dalam lemari es hingga 2 minggu lamanya. Jika disimpan di ruangan terbuka dengan suhu ruangan normal, sedotan ini dapat bertahan selama 1 minggu.
via Ong Hut Co.

Untuk sedotan kering, proses dilakukan dengan menjemur sedotan segar di bawah terik matahari lalu dipanggang dalam oven. Dibanding sedotan segar, sedotan kering mampu bertahan lebih lama dan dapat disimpan di lemari es hingga 6 bulan.

4. Sedotan dari Batang Kangkung (Broccoli Revolution)


Selain rumput liar, resto Thailand mulai berinovasi menggunakan kangkung. Broccoli Revolution merupakan restoran vegan yang ada di Bangkok, Thailand. Ini bertujuan untuk melakukan kebaikan yang ramah lingkungan.
via food.detik.com

Restoran ini pada Mei 2018 mengumumkan mereka berhenti memberikan sedotan plastik kepada pelanggan di kedua outletnya. Sebagai gantinya, pelanggan dapat memilih opsi au naturale untuk menggunakan sedotan kangkung atau membeli satu set sedotan berbahan ramah lingkungan yang dijual di restoran.
via food.detik.com
Dalam upaya mengurangi plastik sekali pakai, Broccoli Revolution telah mengubah batang kangkung menjadi sedotan. Batangnya berlubang dan berdiameter sekitar 1 cm hingga 1,5 cm. Batang kangkung ini cukup kokoh dan dapat dijadikan untuk menyeruput smoothies. Restoran ini dilaporkan mendapat kangkung untuk sedotan dari pasar lokal. Disebut lebih mahal dibandingkan dengan sedotan plastik. Namun yang terpenting adalah ramah lingkungan.

5. Sedotan dari Biji Alpukat (Biofase)

Sebuah perusahaan yang berbasis di Morelia, Meksiko, membuat sedotan ramah lingkungan yang dapat terbiodegradasi dari limbah agroindustri.
via teknologi.id
Produknya diberi nama BIOFASE , bisnis ini menggunakan biji alpukat untuk membuat alat makan dan sedotan yang mengandung 70 persen konten biomassa. Produk ini sangat kuat, cocok untuk makanan panas dan dingin.  Produk ini juga merupakan yang pertama dibuat dari sumber yang sepenuhnya terbarukan dan berkelanjutan.
via instagram/ @biofase
Peralatan makan dari biji alpukat ini dapat terurai. Hanya membutukan waktu 240 hari saja setelah pemakaian dan terpapar dengan unsur lain atau terkubur di dalam tanah. Proses penguraian lebih cepat dibanding botol plastik yang membutuhkan waktu 450 tahun untuk terurai. Sedangkan, kantong plastik membutuhkan waktu 10 hingga 1.000 tahun untuk rusak. Dengan tim yang terdiri dari 14 karyawan, BIOFASE memproduksi 130 ton produk plastik biodegradable di pabrik Morelia setiap bulan.

6. Sedotan dari Tepung Beras (Ricestraws)

Korea Selatan telah mengeluarkan sebuah inovasi baru, yakni sedotan yang terbuat dari beras. Penggunaan beras sebagai bahan utama sedotan tersebut membuatnya dapat dimakan setelah selesai digunakan. Agar lebih kokoh dan permukaannya lebih halus, dicampurkan tepung tapioka sebesar 30%.
via Instagram/ @ricestraws
Pencipta sedotan beras, Kim Gwang-pil mengatakan tujuannya meciptakan produk ini agar terlihat menggiurkan dan memiliki kandungan vitamin serta gingseng merah yang bisa menarik minat orang tua.
via Instagram/ @ricestraws
Berdasarkan keterangan dalam video yang diunggah CNTG, sedotan beras itu mampu bertahan di dalam minuman hangat selama dua hingga tiga jam. Sedangkan bila digunakan untuk menyesap minuman dingin, ia bisa bertahan lebih lama. Setelahnya, sedotan itu akan hancur dengan sendirinya.

via Instagram/ @ricestraws
Tampilannya sendiri sekilas mirip dengan pasta. Meski demikian, saat digunakan ia tak ada bedanya dengan sedotan biasa. Setiap bulannya, jumlah sedotan beras yang diproduksi di Korea Selatan mencapai 300 juta.

7. Sedotan dari Rumput Laut (Loliware)

Chealsea Briganti dan Leigh Amn Tucker yang merupakan pendiri Loliware. Mereka menciptakan sedotan yang terbuat dari rumput laut. Selain ramah lingkungan, sedotan buatan loliware tersebut bisa dimakan.
via Instagram/ @loliware
Sedotan ini terbuat dari rumput laut dan bahan material teknologi yang 100% bebas plastik, hiper kompos, ramah laut, dan non transgenik. Menurut Loliware, manfaat menggunakan rumput laut ialah mengurangi pemakaian sumber di darat dan mampu menyerap CO2.

Loliware sudah mempersiapkan matang-matang tentang ciptaannya tersebut. Selain bisa dimakan, ada 2 cara lainnya yang bisa dilakukan setelah sedotan ramah lingkungan tersebut terpakai. Pertama, bisa dijadikan sebagai pupuk tanaman melalui pengomposan. Kedua, sebagai bahan bakar mesin melalui pencernaan anaerobic. Bahkan, apabila sedotan tersebut rusak, akan menjadi limbah makanan dan tidak berbahaya untuk lingkungan.
via Instagram/ @loliware
Menurut situs web Loliware, sedotan buatannya mampu bertahan dalam minuman selama 24 jam, sedangkan apabila belum dibuka dalam rak, bisa bertahan hingga 2 tahun. Bagi yang berminat dapat melakukan pre-order senilai Rp 371.000.
via Instagram/ @loliware
Terdapat pilihan rasa yang ada pada sedotan ramah lingkungan ini, seperti jeruk, vanila dust, rose quartz, heliotrope, sparkling ocean, karbon, dan udara. Hal tersebut bisa menjadi pilihan bagi restoran cepat saji ataupun kafe-kafe yang masih menggunakan sedotan plastik.

Yukk mulai dari sekarang hindari memakai sedotan plastik dan ganti dengan yang ramah lingkungan. Setiap orang turut andil dalam terwujudnya kesadaran lingkungan dan perbaikan ekosistem. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekaran, kapan lagi ya kan? 

Komentar (0)

Post a Comment