Ayo Selamatkan Kura-Kura Endemik Indonesia
Pada
Tuesday, April 2, 2019
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi hotspot bagi kura-kura, negeri ini mempunyai banyak jenis kura-kura lokal yang menarik. Diantaranya kura Leher Panjang Pulau Rote (Chelodina mccordi mccordi), kura Tuntung Sungai (Batagur affinis) , keduanya termasuk jenis langka, dan jenis yang sangat umum banyak kita jumpai di pasaran seperti Kura Dada Merah (Emydura subglobosa subglobosa).Kura leher panjang Pulau Rote via profauna.net |
Dengan beragamnya jenis kura-kura lokal ini tentunya setiap jenis memerlukan habitat yang berbeda, tingkat kesulitan pemeliharaan, dan cara perawatan yang berbeda juga. Mari kita simak dua spesies yang menarik untuk dibahas yaitu kura Matahari (Heosemys spinosa) dan kura ceper tempurung datar (Notochelys platynota). Kedua spesies ini dapat kita jumpai di Indonesia bagian barat. Kura Matahari dapat ditemukan di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil disekitarnya, sedangkan kura Ceper dapat ditemukan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau kecil disekitarnya.
Kura Matahari
Kura Matahari (Heosemys spinosa) |
Kura Ceper
Kura Ceper memiliki vertebral scute lebih dibandingkan kura jenis lain. Umumnya kura yang tidak overscute (Extra scute) memiliki 5 vertebral scutes, namun bagi kura Ceper alaminya memiliki 6 sampai 7 vertebral scutes. Menurut pengalaman Christopher dan beberapa rekannya yang pernah memelihara kura ini, dalam keadaan stress kura Ceper akan mengeluarkan telurnya. Anakan kura Ceper memiliki warna terang kuning atau orange, namun seiring dengan pertumbuhannya akan berubah menjadi warna hijau coklat. Kura Ceper secara umum memiliki daya tahan stress yang buruk dibanding kura lokal lainnya.
Kura Ceper (Notochelys platynota) |
Mengapa dua jenis kura di atas menjadi topik bahasan utama dalam artikel ini?
Kedua spesies ini adalah kura lokal yang lumayan mudah ditemukan di pasaran kura Indonesia, harganya yang cukup terjangkau menjadi daya tarik tersendiri bagi para kolektor kura. Dari ukuran anakan sampai ukuran indukan dibandrol dengan harga dibawah 1 Juta rupiah. Yang menjadi masalah adalah “bagaiman dengan kelangsungan dari kedua spesies kura-kura ini?”. Supply kedua kura-kura ini mayoritas merupakan hasil tangkapan alam. Kura Ceper mungkin lebih gampang dikembangbiakkan, namun sampai sekarang menurut Chistoper belum mendengar ada banyak Kura Ceper hasil CB, kebanyakan yang ia temukan adalah anakan hasil tangkapan liar, atau inkubasi dari telur kura mati, inkubasi telur yang dikeluarkan ketika stress, atau telur hasil bawaan kura yang kawin di alam (CH).
Lalu bagaimana dengan Kura Matahari?
Menurut Christoper kasus pada kura ini lebih parah, permintaan jenis ini lebih tinggi dari kura Ceper. Suplinya juga lebih banyak, namun Kura Matahari hasil CB kemungkinan besar adalah 0. Kura ini termasuk kura yang sangat sulit untuk dikembangbiakkan, harga boleh murah, kura boleh sering kawin, tapi sejauh ini Christoper belum pernah mendengar cerita sukses CB Kura Matahari (Mohon Infonya bila ada). Kura anakan yang ditemukan di pasaran adalah hasil WC, hasil inkubasi telur di kura mati atau telur hasil bawaan kura yang kawin di alam (CH).
Situasi ini tampaknya lebih memprihatinkan jika diantara kita yang mungkin suka dan tertarik dengan kura ini namun gagal dalam pemeliharaan. Demand tetap ada, supply tetap ada, namun Christoper merasa yakin mayoritas supply didapat dari alam.
Bagaimana mengenai konservasi pada jenis kura ini?
Sejauh ini belum ada organisasi khusus di Indonesia yang memfokuskan kegiatan mereka dalam konservasi kedua jenis kura ini, “kedua jenis ini belum termasuk dalam daftar hewan dilindungi”.
Christoper menghimbau bagi para pecinta kura agar bertindak bijak. Seperti mencari informasi dahulu mengenai kura-kura yang akan dibeli, apakah kura ini termasuk langka? Karakter kura? Makanan, ekologi, dan habitat kura? Dirinya berharap teman-teman pecinta kura berhasil mengembangbiakkan kura jenis ini, seperti proyek konservasi untuk spesies ini secara ex-situ.
Glosarium :
CB: Captive Bred, Hasil ternak penangkaran, dengan catatan proses kawin indukan kura terjadi di dalam penangkaran.
CH: Captive Hatch, Hasil tetasan di penangkaran, dengan catatan Indukan kura kawin terjadi di alam.
Marginal Scutes: Scutes yang berada disamping ujung cangkang atas kura, mengelilingi dari kanan dan kiri cangkang atas.
Vertebral Scutes: Scutes yang berada pas ditengah cangkang atas kura, sejajar dengan tulang punggung kura.
Konservasi Ex-situ: Konservasi di luar habitat alam.
Sumber Foto: Arkive
Notochelys platynota by: Nick Baker
Heosemys spinosa by: Zig Leszczynski
- Christopher Aditya Widyawan -
Komentar (0)
Post a Comment