Kisah Gajah dan Harimau di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary
Pada
Sunday, October 21, 2018
Terdesak alih fungsi lahan dan terjerat kawat pemburu liar, satwa ikonik gajah dan harimau sumatera dipaksa tunduk. Kalau tidak mati, raksasa dan raja hutan itu ditampung di pusat rehabilitasi. Gajah sumatera berkeliaran di hamparan lahan ditumbuhi pepohonan rindang di antara perbukitan bermandikan cahaya matahari. Dentum langakah gajah berpadu kicau burung dan pekikan siamang di kejauhan. Itulah suasana Barumun Nagari Wildlife Sanctuary di Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Terasa seperti alam liar.dokumentasi BNWS |
Riwayat Gajah di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary
Pada tanggal 29 April 2015, Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) menyelamatkan 6 ekor gajah karena kondisi kesehatan yang sangat buruk. Pada saat itulah kami memutuskan untuk mendirikan tempat perlindungan gajah untuk gajah yang teraniaya dan terabaikan di seluruh Indonesia.
Di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary, gajah-gajah itu dirawat dengan baik. Selama masa rehabilitasi kami. Tim BNWS berfokus pada tiga kunci. Salah satunya adalah kita memperhatikan kebutuhan gizi. Yang kedua adalah memantau kondisi kesehatan mereka dan terakhir kita membantu kondisi post traumatic stress disorder (PTSD).
Kami percaya salah satu penyebab utama stres gajah dirantai selama 24 jam. Kami mencoba mengurangi stres dengan memberi akses gajah ke 320ha, memberi makanan bergizi dan menyediakan kandang bebas rantai di malam hari.
Kami memulai program gajah bebas rantai untuk mendapatkan gajah baik secara fisik maupun mental. Di Indonesia, kita adalah yang pertama memulai program jenis ini karena bagi kita gajah yang tertangkap layak untuk hidup dengan damai dan bermartabat.
Kami terus mengambil langkah yang tepat untuk membuat gajah di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary hidup bebas. Kami sedang dalam proses membangun kandang musth untuk jantan, pagar listrik untuk gajah sosialisasi dan meningkatkan habitat gajah dengan membeli lebih banyak lahan. Ini adalah impian kami bahwa suatu hari semua gajah di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary akan bebas dari rantai selama sisa hidup mereka.
dokumentasi Kementrian Lingkungan Hidup |
dokumentasi BNWS |
dokumentasi kompas.id |
Pengunjung pun ikut meramu suplemen dan vitamin gajah dari kacang hijau, kacang merah, pulut hitam, pulut putih, dan ja- gung. Mereka juga membuat jamu dari temulawak, kunyit, dan gula merah. ”Setelah beraktivitas seharian, ada saja pengunjung yang belum puas dan ingin mengamati perilaku gajah hingga larut malam,” kata Kasim.
Selain beraktivitas bersama gajah, aktivitas wajib di BNWS adalah menengok rehabilitasi dua harimau sumatera yang berjarak sekitar 3 kilometer dari kandang gajah. Setelah melewati jalan tanah berbatu, tampak kandang berpagar besi seluas 30 me- ter x 70 meter dengan tinggi pagar sekitar 6 meter. Saat itu, harimau jantan bernama Monang sedang di kandang beton tersebut. Melihat manusia, Monang mengaum keras, terlihat taringnya. Para pengunjung dibuatnya gemetaran. ”Naluri liar harimau ini masih sangat kuat,” kata Kasim. Seekor harimau betina, bernama Gadis, ada di kandang terbuka.
dokumentasi BNWS |
Mondang dan Gadis korban perburuan. Gadis terjerat pemburu tahun 2015 di ladang warga di Kecamatan Batang Natal, Kab Mandailing Natal, penyangga Taman Nasional Batang Gadis. Kaki kanan depannya diamputasi, membusuk akibat jerat pemburu. Sementara Monang ditemukan terjerat di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, tahun 2017. Kaki Monang berhasil disembuhkan. Tim medis juga mengambil kawat lain yang lama tertanam di kaki.”Dua hariınau ini gambaran betapa hebat tekanan perburuan yang dihadapi harimau sumatera. Keduanya setahun hidup bersama di BNWS. Saat ini, Gadis bunting,” kata Kasim. Tiba musim berahi, beberapa kali petugas BNWS melihat harimau liar berada di sekitar kandang. Karena itu, mereka selalu berhati-lıati dan selalu mendampingi wisatawan saat berkunjung.
Keindahan kawasan
Penjelajahan di Barumun semakin lengkap dengan mengitari kawasan yang masih sangat indah. Jalannya masih tanah berbatu. Di rerimbunan pohon tampak siamang melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Di perjalanan, pengunjung juga bisa meknimati keindahan taman bunga. Salah satu destinasi menarik lain di Barumun adalah Danau Tasik atau Danau Kasih Barumun seluas 23 hektar. Dari atas perbukitan, tenang memandang danau hijau. Burung-burung terbang mengitari danau, beberapa singgah di tepian. ”Jika beruntung kita bisa melihat rusa minum di danau,” kata Kasim. Menurut dia, BNWS bukan untuk wisata massal. Jumlah pengunjung 2-5 orang per minggu yang didominasi dokter hewan dan pecinta satwa dari luar negeri. Untuk meknimati perjalanan dan petualangan di BNWS, pengunjung bisa menghubungi kontak di barumunnagari.com. Petugas dari BNWS akan menjemput wisatawan dari Kota Padang Sidimpuan yang berjarak 32 kilometer dari BNWS.
Padang Sidimpuan, sekitar 390 kilometer di selatan Kota Medan, bisa ditempuh 10 jam perjalanan darat. Sidimpuan juga bisa ditempuh dengan penerbangan ke Bandara Aek Godang di Padang Lawas Utara, Bandara Dr Ferdinand Lumban Tobing di Tapanuli Tengah, atau Bandara Silangit di Tapanuli Utara. Penerbangan langsung dari Jakarta ke Silangit pun tersedia. Dengan Rp 900.000 per orang per hari, pengunjung dapat fasilitas penjemputan dari Padang Sidimpuan, jip jelajah, pemandu, makanan, dan penginapan di kawasan BNWS. ”Ini membantu biaya operasional BNWS Rp 5 juta per hari,” kata Kasim.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara lotmauli Sianturi mengatakan, model pemeliharaan gajah di Barumun tergolong berhasil ketimbang pemeliliaraan gajah di tempat lain. Gajah-gajah tampak lebih sehat dan gemuk. Populasi gajah sumatera di alam liar kini terancam punah. Ancaman terbesar yang dihadapi gajah adalah perburuan dan rusakknya habitat karena ekspansi perkebunan masif yang merambah wilayah jelajah gajah.
sumber :
*Harian Kompas, Minggu 21 Oktober 2018
*barumunnagari.com
Komentar (0)
Post a Comment